Menjelang Pesta Tugu Raja Sitanggang: Persiapan, Sukkun Sajabu, dan Konsolidasi Adat


Menjelang Pesta Tugu Raja Sitanggang yang direncanakan berlangsung pada 28 Februari 2025, berbagai persiapan terus dilakukan oleh pomparan (keturunan) Raja Sitanggang. Salah satu tahap penting dalam rangkaian acara ini adalah Sukkun Sajabu yang akan dilaksanakan pada 17 Januari 2025 di Buhit, bertempat di rumah Alm. JP Sitanggang.

Dalam percakapan yang berkembang di grup komunikasi para keturunan Raja Sitanggang, berbagai saran dan diskusi muncul terkait adat serta struktur acara yang akan berlangsung. Salah satu topik utama yang dibahas adalah peran masing-masing marga dalam upacara adat yang akan dilaksanakan, termasuk keterlibatan marga Sigalingging, Manihuruk, dan Sidauruk dari jalur ipar serta PARNA (Parsadaan Raja Naiambaton) dalam prosesi tortor.

Pastor Timbul Sitanggang mengawali diskusi dengan mengingatkan seluruh anggota untuk menjalani kehidupan dengan kerendahan hati dan mengikuti tuntunan Tuhan. Dalam konteks perayaan adat ini, penting bagi seluruh keturunan untuk tetap bersatu dalam nilai-nilai kekeluargaan dan menjunjung tinggi kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur.

Isu lain yang mencuat dalam diskusi adalah status keabsahan para keturunan yang akan menjadi tuan rumah dalam pesta tugu tersebut. Menurut Jefri Sitanggang, saat ini sudah ada beberapa garis keturunan yang telah memiliki tugu masing-masing, seperti Op. Sijagar Ulu Balang Sitanggang dan Guru Sinatti Sitanggang dari pomparan Raja Lipan, serta Op. Bokkot Raja Sitanggang dari pomparan Raja Upar. Namun, masih ada pertanyaan apakah keturunan lainnya juga layak menjadi hasuhuton dalam acara ini.

Diskusi semakin berkembang dengan masukan dari Adonia Sitanggang yang mengusulkan agar panitia memastikan semua proses penortoron (tortor dan peran dalam upacara) mengikuti adat yang berlaku di Bona Pasogit, yaitu memulai dari Pomp. Raja Panungkunan, Raja Pangadatan, dan Raja Pangulu Oloan sebelum tortor boru dan parsadaan anak rantau dimasukkan dalam acara. Hal ini penting agar tidak ada pihak yang merasa terpinggirkan dalam prosesi adat.

Sebagai bagian dari persiapan, beberapa keturunan juga telah mulai mengumpulkan dana untuk acara ini. Laporan dari Ir. Jonni Sitanggang menunjukkan bahwa sumbangan spontanitas dari berbagai pihak, baik dari Medan, Jakarta, Sumatera Barat, hingga Lampung, telah mencapai puluhan juta rupiah. Dana ini dihimpun melalui berbagai bentuk, termasuk penjualan kalender Purasitabor dan donasi langsung.

Namun, perdebatan mengenai tarombo (silsilah) menjadi salah satu titik panas dalam diskusi. Jefri Sitanggang menyoroti bahwa berdasarkan tarombo lama, Raja Sitanggang adalah anak dari Raja Sitempang, sedangkan Raja Sigalingging adalah saudara kandungnya. Namun, versi terbaru menyatakan bahwa Raja Pangururan hanya memiliki tiga anak, yakni Panukkunan, Pangadatan, dan Pangulu Oloan. Oleh karena itu, diperlukan duduk bersama untuk menyepakati dan memperjelas sejarah keluarga ini agar tidak menimbulkan perpecahan.

Sejumlah tokoh adat menegaskan bahwa pembahasan mengenai tarombo tidak bisa dilakukan melalui grup komunikasi, tetapi harus melalui musyawarah resmi dengan bukti-bukti yang konkret. Hal ini ditegaskan oleh beberapa anggota yang mengingatkan bahwa jika tarombo masih menggantung, maka adat tidak bisa ditegakkan secara penuh dalam pesta tugu nanti.

Menyikapi perdebatan ini, berbagai pihak sepakat bahwa sebelum pesta besar digelar, harus ada konsolidasi dalam Sukkun Sajabu. Dalam acara ini, semua pihak akan membahas dan menyepakati bagaimana jalannya acara, memastikan bahwa segala perbedaan pendapat dapat diselesaikan secara adat dan musyawarah.

Selain itu, panitia pesta juga menegaskan bahwa konsep dan persiapan teknis acara harus tetap menjadi prioritas utama. Hal ini mencakup teknis pelaksanaan tortor, peran masing-masing marga, serta penataan acara agar berlangsung dengan tertib dan penuh penghormatan terhadap leluhur.

Dengan semakin dekatnya hari perayaan, panitia meminta seluruh keturunan Raja Sitanggang untuk tetap bersatu dan mendukung jalannya acara ini. Harapannya, pesta Tugu Raja Sitanggang nanti dapat berjalan dengan sukses sebagai simbol persatuan dan kebanggaan seluruh keturunan yang tersebar di berbagai daerah.

Acara ini bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga momen penting untuk merajut kembali hubungan kekerabatan dan memperkuat nilai-nilai adat yang diwariskan oleh leluhur. Dengan semangat persaudaraan dan gotong royong, diharapkan Pesta Tugu Raja Sitanggang akan menjadi momen yang bersejarah dan membawa berkah bagi seluruh pomparan Raja Sitanggang.

Post a Comment

0 Comments