Dalam sebuah percakapan yang berlangsung pada 18-19 November 2024 di grup keluarga Sitanggang, anggota grup membahas secara mendalam mengenai kenegerian Buhit dan asal-usul desa di kawasan tersebut. Diskusi ini dimulai dengan pertanyaan tentang keberadaan Desa Buhit yang kemudian diklarifikasi bahwa Buhit sebenarnya terbagi ke dalam beberapa desa.
Beberapa anggota grup seperti M. Sitanggang br Hutajulu RJ Sitempang Kalbar menjelaskan bahwa Buhit terbagi menjadi Desa Pardugul, Parlondut, Panampangan, Sitolu Huta, dan Sianting-anting. Informasi ini dikonfirmasi oleh Paianhot Sitanggang, S.Pd., M.Pd. dari Toba yang menyebut bahwa dahulu kawasan tersebut dikenal dengan nama Kenegerian Buhit.
Percakapan ini diiringi dengan berbagi foto yang memperlihatkan tugu Raja Sitanggang yang berlokasi di Samosir. Anggota grup menunjukkan kebanggaan akan simbol budaya tersebut yang dianggap sebagai ikon dan bukti persatuan marga Sitanggang.
Topik diskusi meluas ke sejarah Raja Batak, yang memiliki dua anak yaitu Guru Tatea Bulan dan Raja Isombaon. Keturunan Raja Isombaon memiliki peranan penting dalam sejarah berdirinya beberapa desa di sekitar Pusuk Buhit.
Selain membahas sejarah, muncul pula pembahasan mengenai perencanaan dan penataan kawasan tugu agar lebih representatif sebagai destinasi budaya. Paianhot Sitanggang mengusulkan agar kawasan tugu ditata dengan lebih baik, menggunakan teknologi drone untuk dokumentasi lebih profesional.
Dalam suasana kekeluargaan, anggota grup saling berbagi foto dan saling memuji atas dokumentasi yang dibagikan. Komentar seperti "Ganteng nai hamu padua bah" mencerminkan kehangatan dalam grup tersebut.
Ada pula pembahasan mengenai kurangnya partisipasi sebagian anggota marga Sitanggang dalam organisasi Purasitabor yang menjadi wadah resmi bagi marga Sitanggang. Hal ini diangkat oleh Halomoan Sitanggang yang mempertanyakan rendahnya tingkat keaktifan.
Menanggapi hal ini, beberapa anggota mengungkapkan perlunya meningkatkan kesadaran kolektif dalam mendukung kegiatan komunitas, termasuk menjaga kelestarian tugu dan mendukung kegiatan budaya yang melibatkan seluruh keturunan Raja Sitanggang.
Selain itu, Ariden Sitanggang menegaskan pentingnya menjaga persatuan dengan menghindari perdebatan yang tidak perlu. Ia mengingatkan bahwa tujuan utama diskusi adalah mempererat tali persaudaraan.
Di akhir percakapan, muncul pesan-pesan religius yang dibagikan oleh Bernhard Sitanggang, SH dari Semarang. Ia mengingatkan seluruh anggota untuk tetap bersyukur dan menjaga kesehatan.
Diskusi ini menggambarkan bagaimana komunitas marga Sitanggang memanfaatkan teknologi untuk melestarikan sejarah dan budaya leluhur mereka. Keberadaan grup ini menjadi sarana untuk saling berbagi informasi dan mempererat tali persaudaraan.
Upaya untuk merapikan kawasan tugu dan mempromosikan sebagai destinasi budaya juga menjadi bukti komitmen untuk melestarikan warisan leluhur bagi generasi mendatang.
Kesimpulannya, percakapan dalam grup keluarga Sitanggang mencerminkan nilai kekeluargaan, penghargaan terhadap sejarah, dan upaya untuk menjaga persatuan marga. Keterlibatan semua pihak sangat diharapkan dalam memperkuat identitas budaya mereka.
Semangat kebersamaan ini diharapkan terus berlanjut, dengan fokus pada kolaborasi yang positif demi kebaikan bersama seluruh anggota komunitas marga Sitanggang.
0 Comments
Terimakasih