Model Pembelajaran Kuantum

Bobby DePorter, 1992 (dalam Udin Saifudin Sa’ud, 2008: 125) beranggapan bahwa metode belajar Kuantum sesuai dengan cara kerja otak manusia dan cara belajar manusia pada umumnya dengan model SuperCamp yang dikembangkan bersama kawan-kawannya pada awal tahun 1980an, prinsip-prinsip dan model pembelajaran Kuantum menentukan bentuknya. Pembelajaran Kuantum berdasarkan pada landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan. Model ini dicetuskan oleh seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bernama Georgi Lozanov yang melakukan uji coba tentang sugesti dan pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal tersebut
Suggostology. Menurut Lazanov, pada prinsipnya sugesti itu mempengaruhi hasil belajar.

Kaifa, 1999 (dalam Udin Saifudin, 2008: 125) mengatakan bahwa pembelajaran Kuantum sebagai salah satu model, strategi dan pendekatan pembelajaran khususnya menyangkut keterampilan guru dalam merancang, mengembangkan dan mengelola sistim pembelajaran sehingga guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, menggairahkan dan memiliki keterampilan hidup. Selanjutnya Udin (2008: 126) mengatakan bahwa pembelajaran Kuantum sebagai salah satu alternatif pembaharuan pembelajaran, menyajikan petunjuk praktis dari spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan bagaimana menyederhanakan proses belajar sehingga memudahkan belajar siswa.

Selanjutnya Bobby DePorter, 1992 (dalam Udin Saifusin Sa’ud, 2008: 128-129) memberi penjelasan terhadap 2 hal yaitu: 1) prinsip dan strategi pembelajaran Kuantum dan 2) pengembangan strategi pembelajaran Kuantum.

  1. Untuk prinsip dan strategi terdiri dari:

  1. Segalanya berbicara, maksudnya bahwa seluruh lingkungan kelas hendaknya dirancang untuk dapat membawa pesan belajar yang dapat diterima oleh siswa, ini berarti rancangan kurikulum dan rancangan pembelajaran guru, informasi, bahasa tubuh, kata-kata, tindakan, gerakan dan seluruh kondisi lingkungan haruslah dapat berbicara membawa pesan-pesan belajar bagi siswa.

  2. Segalanya bertujuan, maksudnya semua penggubahan pembelajaran tanpa terkecuali harus mempunyai tujuan-tujuan yang jelas dan terkontrol. Sumber dan fasilitas yang terlihat dalam setiap pembelajaran pada prinsipnya untuk membantu perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor.

  3. Pengalaman sebelum pemberian nama, maksudnya sebelum siswa belajar memberi nama (mendefinisikan, mengkonseptualisasi, membedakan, mengkatagorikan) hendaknya telah memiliki pengalaman informasi yang terkait dengan upaya pemberian nama tersebut.

  4. Mengakui setiap usaha, maksudnya semua usaha belajar yang telah dilakukan siswa harus memperoleh pengakuan guru dan siswa lainnya. Pengakuan ini penting agar siswa selalu berani melangkah ke bagian berikutnya dalam pembelajaran.

  5. Merayakan keberhasilan, maksudnya setiap usaha dan hasil yang diperoleh dalam pembelajaran pantas dirayakan. Perayaan ini diharapkan memberi umpan balik dan motivasi untuk kemajuan dan peningkatan hasil belajar berikutnya.

Selanjutnya Bobby DePorter (1992), mengembangkan strategi pembelajaran Kuantum melalui istilah TANDUR, yaitu:

  1. Tumbuhan, yaitu dengan memberikan apersepsi yang cukup sehingga sejak awal kegiatan siswa telah termotivasi untuk belajar dan memahami Apa Manfaatnya Bagiku (AMBAK).

  2. Alami, berikan pengalaman nyata kepada setiap siswa untuk mencoba.

  3. Namai, sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi dan metode lainnya.

  4. Demonstrasikan, sediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuannya.

  5. Ulangi, beri kesempatan untuk mengulangi apa yang telah dipelajarinya, sehingga setiap siswa merasa langsung dimana kesulitan akhirnya datang kesuksesan, kami bisa bahwa kami memang bisa.

  6. Rayakan, dimaksudkan sebagai respon pengakuan yang proporsional.

Dari semua paparan di atas ada banyak hal yang mesti diperhatikan dalam model pembelajaran Kuantum seperti membuat suasana belajar yang menggairahkan, mengupayakan agar lingkungan belajar mendukung, rancangan belajar yang dinamis, mengkomunikasikan tujuan, kukuh atas prinsip-prinsip keunggulan, meyakini kemampuan diri dan kemampuan siswa, menjaga komunitas belajar terus tumbuh, rasa simpati dan saling pengertian, suasana belajar yang riang dan menyenangkan, kemampuan guru menunjukkan ketauladan, guru selalu berpandangan positif pada siswa bahwa mereka mempunyai kemampuan lebih untuk berprestasi, seorang guru harus mampu mengetahui karakteristik siswa, guru harus mampu memotivasi, kemampuan guru memberikan penguatan baik verbal maupun non verbal, seorang guru mesti mempunyai kesenangan yang tinggi apabila siswanya mampu menguasai pembelajaran, bersama-sama siswa gemar merayakan keberhasilan, selalu mengupayakan interaksi-interaksi antara siswa dengan materi, siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru, mengaitkan pembelajaran dengan masa depan siswa, guru mampu menata lingkungan belajar bisa dengan menata tempat duduk, mengatur group-group tertentu, menggunakan media pendukung pembelajaran, musik yang menyenangkan, kemampuan guru untuk merubah perintah menjadi ajakan, menciptakan strategi agar siswa banyak menggunakan pikiran, melakukan tanya jawab, menumbuhkan minta dan perilaku yang baik, serta guru mesti selalu mengupayakan keterampilan hidup dan keterampilan sosial siswa.

Bobby  (dalam H. Yatim Riyanto, 2009: 180) menggunakan teknik dan teknik lainnya karena semua itu selaras dengan kerja otak anda, dengan cara-cara terbaik anda, teknik tersebut telah teruji semua berhasil, berarti quantum leraning  juga berhasil. Selanjutnya Udin Saifudin Sa’ud (2009: 127-128), istilah quantum dipinjam dari dunia ilmu Fisika yang berarti interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Maksudnya dalam pembelajaran quantum, pengubahan bermacam-macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan belajar. Interaksi-interaksi itu mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan siswa menjadi cahaya yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara efektif dan efisien. Selain itu, adanya proses pengubahan belajar yang masih dengan segala nuansanya, penyertaan segala yang berkaitan, interaksi dan perbedaan yang memaksimalkan momen belajar, fokus pada hubungan di dalam lingkungan kelas, seluruhnya adalah hal-hal yang melandasi pembelajaran Kuantum. Aad dua konsep utama yang digunakan dalam pembelajaran Kuantum dalam rangka mewujudkan energi guru dan siswa menjadi cahaya belajar yaitu: percepatan belajar melalui usaha sengaja untuk mengikis hambatan-hambatan belajar tradisional dan fasilitas belajar yang berarti mempermudah belajar.