BATAM - Menyambut pergantian tahun 2024 ke 2025, banyak umat Kristiani di berbagai daerah memanfaatkan momen ini untuk merenungkan firman Tuhan serta menyusun resolusi rohani guna memperkuat iman. Dalam berbagai diskusi dan grup komunitas, ayat-ayat Alkitab menjadi pusat perhatian dalam membangun semangat awal tahun.
Dalam sebuah percakapan grup, Pdt. John Bradshaw membagikan renungan pagi bertajuk Pengharapan Akan Kemuliaan, dengan dasar ayat dari Efesus 4:24: "dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya."
Pesan ini mengingatkan bahwa awal tahun bukan hanya tentang harapan baru dalam kehidupan duniawi, tetapi juga kesempatan untuk memperbarui diri secara rohani. Tahun baru, menurut renungan ini, adalah momen yang tepat untuk menyerahkan diri kepada Tuhan dan mengalami pembaruan dalam iman.
Sejumlah peserta dalam percakapan mengamini pesan ini. Salah satu di antaranya, Borbor Hehe Tua Pasaribu, mengutip Mazmur 37:1-11 yang menegaskan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam Tuhan. Ia juga menekankan pentingnya tidak iri terhadap keberhasilan orang yang tidak mengenal Tuhan, melainkan tetap berpegang teguh pada kebenaran.
Di tengah refleksi tahun baru, berbagai topik lain turut diperbincangkan, termasuk kondisi sosial-politik yang terjadi di tanah air. Ada yang menyoroti kebijakan pemerintahan terkait penegakan hukum, khususnya dalam kasus-kasus korupsi. Sejumlah anggota komunitas berharap agar tahun 2025 menjadi tahun yang lebih tegas dalam pemberantasan kejahatan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Selain diskusi tentang keadaan sosial, ada juga yang menyoroti pentingnya memanfaatkan teknologi dengan bijak. Di era digital ini, media sosial dan aplikasi perpesanan menjadi sarana utama dalam menyebarkan renungan serta pesan-pesan rohani.
Malam pergantian tahun pun berlangsung meriah di berbagai tempat. Beberapa anggota komunitas berbagi foto dan video perayaan, menunjukkan kebersamaan dalam ibadah dan doa bersama. Perayaan ini bukan hanya sekadar pesta, tetapi juga menjadi sarana untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan.
Pagi harinya, kembali muncul sebuah renungan baru berjudul Doa - Prioritas atau Permasalahan? yang disampaikan oleh Heather-Dawn Small. Renungan ini menyoroti pentingnya doa dalam kehidupan sehari-hari, dengan merujuk pada Lukas 8:14: "Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang."
Renungan tersebut mengajak umat untuk merefleksikan apakah doa sudah menjadi prioritas atau justru tergeser oleh kesibukan duniawi. Dalam pesan yang disampaikan, disebutkan bahwa kehidupan yang sukses secara rohani tidak mungkin dicapai tanpa membangun hubungan erat dengan Tuhan melalui doa.
Sejumlah ayat lain juga dikutip sebagai pengingat, seperti Mazmur 46:11, Matius 6:33, dan Pengkhotbah 2:11, yang semuanya mengajarkan pentingnya mencari Tuhan lebih dahulu sebelum mengejar hal-hal duniawi. Peringatan Salomo dalam Pengkhotbah 2:11 menegaskan bahwa segala usaha duniawi pada akhirnya tidak akan membawa kepuasan sejati tanpa adanya hubungan dengan Tuhan.
Di akhir renungan, umat diajak untuk menjadikan tahun 2025 sebagai tahun pertumbuhan rohani yang lebih kuat. Tantangan diberikan kepada setiap individu untuk mengevaluasi kehidupan doa mereka dan berkomitmen untuk lebih dekat dengan Tuhan di sepanjang tahun ini.
Semangat kebersamaan, doa, dan harapan baru yang disampaikan dalam berbagai renungan ini menjadi pengingat bahwa tahun baru bukan hanya sekadar pergantian kalender, tetapi juga kesempatan untuk memperbaharui iman dan terus berjalan dalam kasih Tuhan.
Tuhan memberkati!
0 Comments
Terimakasih