Peresmian Tugu dan Ruma Parsantian Raja Sitanggang: Wujud Kesatuan dan Kebersamaan

Peresmian Tugu Raja Sitanggang dan Ruma Parsantian Akan Segera Digelar

PUNGUAN RAJA SITANGGANG NASIONAL mengumumkan bahwa acara peresmian Tugu dan Ruma Parsantian Raja Sitanggang akan segera digelar pada Jumat, 28 Februari hingga Minggu, 2 Maret 2025. Acara ini menjadi simbol kesatuan, persaudaraan, dan kebersamaan seluruh pomparan Raja Sitanggang di berbagai daerah.

Pastor Nelson Sitanggang, OFMCap, dalam pesannya menyampaikan rasa syukur dan harapannya agar semua anggota pomparan tetap sehat dan penuh semangat. Ia menegaskan pentingnya gotong royong dalam mendukung acara ini dengan memberikan kontribusi sukarela guna kelancaran peresmian.

Dukungan dan Partisipasi dari Berbagai Wilayah

Berbagai anggota Punguan Raja Sitanggang dari berbagai wilayah telah menyatakan dukungan mereka untuk acara ini. Dalam grup diskusi, disebutkan bahwa setiap keluarga diharapkan memberikan sumbangan seikhlasnya guna mendukung kebutuhan logistik seperti teratak, kursi, lahan parkir, dan konsumsi selama acara berlangsung.

Sementara itu, Kamiden Sitanggang dari Jakarta menyampaikan renungan pagi yang mengingatkan akan kasih Tuhan yang tak terbatas bagi seluruh umat-Nya. Ia mengajak semua anggota untuk terus menebarkan kebaikan dan bersyukur atas segala berkat yang diberikan Tuhan.

Persiapan dan Koordinasi Panitia

Rapat tim panitia peresmian telah dilakukan untuk menyusun strategi pelaksanaan acara. Beberapa hal yang telah dipersiapkan meliputi penyediaan fasilitas, susunan acara, serta teknis pelaksanaan peresmian Tugu dan Ruma Parsantian. Rapat juga membahas mengenai dress code yang akan digunakan selama acara berlangsung.

Menurut hasil kesepakatan panitia, dress code acara akan mengikuti aturan berikut:

1. Hari pertama: Nuansa biru.
2. Hari kedua: Hula-hula atau paniaran mengenakan pakaian berwarna merah menyala, sementara boru dan bere mengenakan warna hijau.
3. Hari ketiga: Pakaian bebas.

Dress code ini diharapkan dapat menciptakan kesan harmonis serta mempererat persaudaraan dalam perayaan besar ini.

Antusiasme dan Partisipasi Aktif Anggota Punguan

Dari berbagai wilayah, anggota Punguan Raja Sitanggang menyatakan kesiapannya menghadiri acara ini. Beberapa daftar kehadiran dari masing-masing daerah telah mulai disusun, seperti:

1. Purasitabor Pd Bulan: 50 orang.
2. Purasitabor Menteng Denai: 52 orang.

Jumlah peserta dari berbagai daerah lainnya masih dalam tahap pengumpulan dan terus diperbarui oleh panitia.

Penyebaran Informasi dan Penggalangan Dana

Panitia juga aktif dalam menyebarluaskan informasi terkait peresmian ini melalui berbagai grup WhatsApp. Selain penggalangan dana secara sukarela, panitia mengajak semua anggota untuk turut menyebarkan informasi agar semakin banyak pomparan Raja Sitanggang yang terlibat dalam acara ini.

Dukungan dari berbagai pihak sangat diharapkan demi kelancaran acara, baik dalam bentuk materi maupun tenaga. Semangat kebersamaan ini mencerminkan pepatah "Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh," yang menjadi pedoman dalam menjalankan kegiatan komunitas.

Renungan dan Harapan untuk Acara Peresmian

Selain persiapan teknis, acara ini juga diisi dengan berbagai refleksi rohani. Beberapa pemuka agama, seperti Pdt. Kamiden Sitanggang dan Pdt. Timbul Sitanggang, memberikan pesan-pesan renungan yang mengingatkan pentingnya menjaga hati, pikiran, dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari.

Pdt. Timbul Sitanggang menekankan pentingnya menjaga hati dan pikiran agar tetap terhubung dengan Tuhan, sehingga setiap perkataan dan perbuatan yang dilakukan mencerminkan kebaikan serta membawa berkat bagi sesama.

Kesimpulan

Peresmian Tugu dan Ruma Parsantian Raja Sitanggang bukan hanya sekadar acara seremonial, melainkan juga momentum untuk mempererat tali persaudaraan antar pomparan. Dengan semangat gotong royong dan kebersamaan, acara ini diharapkan dapat berjalan sukses dan menjadi simbol kebanggaan bagi seluruh keturunan Raja Sitanggang.

Semoga dengan adanya peresmian ini, generasi penerus semakin memahami akar budaya dan sejarah leluhur mereka, serta terus menjaga nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat. Horas!