Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Co-Op Co-Op

 

Co-Op Co-Op benar-benar sama untuk investigasi kelompok. Ini Menempatkan tim dalam kooperasi dengan yang lainnya untuk mempelajari suatu topik kelas. Bahkan Slavin (1995: 111) menyatakan bahwa tiga tipe belajar kooperatif yang bisa diterapkan dalam spesialisasi tugas adalah investigas kelompok (group investigation), Co-op Co-op, dan jigsaw.

Co-Op Co-Op mengizinkan siswa untuk bekerja bersama dalam kelompok kecil, pertama untuk kemajuan pemahaman mereka mengenai diri mereka sendiri dan dunia, dan selanjutnya untuk kesediaan mereka dengan kesempatan untuk berbagi pemahaman baru itu dengan teman-teman sebaya mereka.  Metodenya sederhana dan felskibel. Suatu situasi seorang guru memegang filosofi di belakang Co-Op Co-Op, dia bisa memilih sejumlah cara untuk menerapkan pendekatan yang akan diberikan di dalam ruang-kelas. Slavin (1995: 119-122) mengemukakan sembilan tahapan spesifik dalam peningkatan kemungkinan kesuksesan dari metode ini.

Tahap 1: Diskusi kelas yang terpusat pada siswa.

Pada awalnya, suatu unit kelas yang menggunakan metode Co-Op Co-Op menganjurkan siswa untuk mengungkapkan dan minatnya dalam subjek yang akan dipelajari. Suatu inisial kelompok membaca, ceramah, atau eksperimen dapat tersimpan pada tujuan ini. Selanjutnya lakukan diskusi kelas yang berpusat pada siswa. Tujuan dari diskusi ini akan meningkatkan keterlibatan siswa dalam mempelajari suatu unit melalui penemuan dan stimulasi kuriositas, bukan membawa mereka ke topik studi. Diskusi akan membawa ke suatu pemahaman di antara guru dan semua siswa tentang apa yang siswa inginkan untuk dipelajari dan pengalaman dalam hubungan ke topik yang akan dipelajari.

Waktu yang dibutuhkan untuk tahap pertama ini bergantung pada bagian tingkatan perbedaan minat yang dimiliki siswa pada suatu topik. Manfaat awal dari diskusi yang berpusat pada siswa tidak dapat diremehkan; ini tidak memungkinkan bahwa Co-Op Co-Op akan menjadi berhasil untuk beberapa siswa yang tidak berminat secara aktif dalam suatu topik yang dihubungkan ke suatu unit dan tidak termotivasi untuk belajar lebih banyak tentang suatu topik.

Tahap 2: Pemilihan tim belajar siswa dan pembentukan tim.

Bila siswa tidak siap bekerja dalam tim, tandai mereka dan distribusikan ke dalam 4-5 anggota tim yang heterogen seperti dalam STAD. Gunakan latihan pembentukan tim yang digunakan dalam STAD atau mereka telah bekerja beberapa minggu pada unit STAD atau jigsaw II sebelum memulai unit Co-Op Co-Op. Siswa dituntut sudah mengembangkan kejujuran dan keterampilan bekerja kelompok yang baik sebelum memulai Co-Op Co-Op.

Tahap 3: Pemilihan topik tim.

Izinkan siswa memilih topik untuk tim mereka. Bila pemilihan topik tim tidak secara langsung mengikuti diskusi kelas yang berpusat pada siswa, mengingatkan siswa (lewat papan tulis, overhead, atau ringkasan) mengenai topik kelas secara keseluruhan yang telah ditunjukkan dan paling diminati. Penunjukkan bahwa tim dapat bekerjasama sangat penuh dalam mewujudkan tujuan kelas bila mereka memilih topik yang dihubungkan kepada minat kelas. Doronglah siswa untuk mendiskusikan variasi topik di antara diri mereka juga dapat menyelesaikan topik yang paling diminati untuk tim mereka.

Seperti diskusi tim yang menjadi minat mereka dan mulai menyelesaikan suatu topik, sebarkan di antara mereka dan bertindak sebagai fasilitator. Bila dua tim mulai menyelesaikan pada topik yang sama, Anda dapat menunjukkan hasil ini dan mendorong tim untuk mencapai kompromi, melalui pembagian topik itu atau melalui pengalihan salah satu tim memilih topik yang diminati lainnya. Bila tidak ada tim yang menyelesaikan pada suatu topik berarti kelas menganggap penting, Anda dapat menunjuk hasil ini dan mendorong siswa untuk merespon yang dibutuhkan.

Bila tahap ketiga dari Co-Op Co-Op ini berhasil secara lengkap, masing-masing tim mempunyai sebuah topik dan merasa kenal dengan topik tersebut. Guru bisa memfasilitasi kesatuan kelas melalui penunjukan masing-masing topik yang membuat kontribusi yang penting untuk tujuan kelas, yakni ketuntasan unit belajar.

Tahap 4: Pemilihan minitopik.

Seperti kelas sebagai keseluruhan membagi unit belajar ke dalam bagian-bagian topik untuk menciptakan suatu pembagian kerja di antara anggota. Masing-masing siswa memilih minitopik yang mengungkap satu aspek dari topik tim.

Minitopik bisa tumpang tindih, dan anggota tim didorong untuk berbagi referensi dan sumber, tetapi masing-masing minitopik harus menyediakan kontribusi yang unik untuk usaha tim. Guru melibatkan siswa dalam pemilihan minitopik yang bervariasi, bergantung pada tingkat kemampuan siswa. Guru perlu mengetahui bahwa minitopik sesuai dengan siswa atau siswa cocok dan menerimanya. Dengan kata lain, minitopik-minitopik tersebut cocok untuk level minat siswa atau cukup sumber-sumber yang tersedia pada mereka.

Karena perbedaan dalam kemampuan dan minat, ini dapat diterima dan alami untuk beberapa siswa berkontribusi lebih daripada yang lainnya untuk usaha tim, tetapi semua anggota perlu untuk membuat suatu kontribusi yang bermanfaat. Guru-guru dapat mengerjakan ini melalui: (1) mengizinkan siswa untuk mengevaluasi kontribusi teman yang menjadi anggota tim mereka; (2) menandai kertas kerja individu atau projek untuk siswa pada minitopik mereka; dan (3) memantau kontribusi individu. Bila minitopik dipilih dengan tepat, masing-masing siswa akan membuat kontribusi yang unik untuk usaha kelompok, dan dengan demikian anggota kelompok mempunyai sumbangan untuk ketuntasan minitopik mereka.

Tahap 5: Persiapan minitopik.

Setelah siswa membagi topik tim ke dalam minitopik, mereka bekerja secara individu. Mereka masing-masing mengetahui bahwa mereka dapat mengerjakan untuk minitopik mereka dan kelompok bergantung pada mereka untuk mengungkap suatu aspek penting dari usaha tim.

Penyediaan minitopik mengambil bentuk yang berbeda-beda, bergantung pada sifat-sifat unit kelas yang akan diungkap. Penyediaan bisa melibatkan penelitian perpustakaan, pengumpulan data melalui wawancara atau eksperimentasi, kreasi projek individu, atau suatu aktivitas ekspresif seperti menulis atau melukis. Aktivitas tersebut mengambil minat yang sangat tinggi karena siswa tahu mereka akan berbagi produk mereka dengan anggota tim mereka dan pekerjaan mereka itu akan berkontribusi untuk presentasi tim.

Tahap 6: Presentasi minitopik.

Setelah siswa bekerja sendiri secara lengkap, mereka menampilkan minitopik mereka untuk anggota timnya. Tahapan ini sama untuk laporan tim jigsaw. Presentasi minitopik dalam tim akan menjadi formal, yaitu masing-masing anggota tim memberikan waktu yang khusus, dan menunggu saat menampilkan minitopiknya.

Presentasi minitopik dan diskusi dalam tim dilakukan dalam suatu cara yang sesuai dengan pengetahuan atau pengalaman semua anggota tim yang diperlukan oleh masing-masing anggota. Mengikuti presentasi, anggota lain mendiskusikan topik tim seperti suatu panel ahli. Siswa mengetahui minitopik-minitopik itu, seperti irisan teka-teki jigsaw, harus diambil bersama-sama seluruhnya bertalian untuk keberhasilan presentasi tim untuk kelas. Interaksi dengan teman sebaya atas suatu topik umum berkenaan dengan melengkapi suatu kesempatan untuk beberapa pembelajaran yang sangat penting untuk terjadi.

Selama presentasi minitopik, pembagian kerja dalam tim mungkin dianjurkan juga bahwa salah satu anggota tim membuat catatan, yang lainnya mengajukan kritik, yang lainnya berperan sebagai pendukung, dan yang lainnya mengecek bagian-bagian pendapat yang benar dan yang keliru dalam informasi yang dipresentasikan.

Waktu mungkin disediakan untuk umpan-balik, siswa bisa melaporkan kembali kepada tim setelah mereka meneliti, memperbaiki, atau memikirkan-kembali minitopik mereka dalam penjelasan dari umpan-balik yang mereka terima dari tim. Anggota mendorong anggota tim untuk mengetahui sisa pertanyaan yang berkenaan dengan minitopik yang tidak terjawab; anggota tim dapat merespon untuk kelompok mereka.

Tahap 7: Persiapan presentasi tim.

Siswa didorong untuk mengintegrasikan semua material minitopik dalam presentasi tim. Di sini harus terjadi suatu sintesis aktif dari minitopik yaitu selama diskusi tim, tampilan tim akan menjadi lebih dari seluruh presentasi minitopik.

Diskusi dalam bentuk presentasi tim akan mengikuti sintesis material minitopik. Presentasi panel yang mana masing-masing laporan anggota tim pada minitopik juga mengecilkan hati, seperti mereka bisa menampilkan suatu kesalahan untuk mendekati sintesis kooperatif tingkat tinggi. Bentuk tampilan akan ditentukan oleh isi material. Sebagai contoh, bila suatu kelompok tidak dapat datang untuk suatu konsensus, bentuk ideal untuk presentasi mereka akan menjadi tampilan suatu debat untuk kelas. Format tanpa-ceramah, seperti pameran, demonstrasi, pusat belajar, lakon pendek yang lucu, dan tim yang berhubungan dengan diskusi kelas sangat didorong. Penggunaan papan tulis, overhead, media pandang-dengar, dan ringkasan juga didorong.

Tahap 8: Presentasi tim.

Selama presentasi, tim mengambil kontrol ruangan-kelas. Anggota tim dapat merespon mengenai waktu, ruangan, dan sumber-sumber kelas yang digunakan selama presentasi mereka; dan mereka didorong untuk membuat penggunaan penuh dari fasilitas-fasilitas ruang-kelas.

Karena tim sulit mengelola waktu secara umum harus menunjuk seorang pencatat waktu kelas yang bukan anggota dari tim yang tampil. Pencatat waktu mengangkat kartu perhatian bila ada lima, satu, dan tidak ada menit yang tersisa.

Tim bisa masuk dalam periode menjawab-pertanyaan presentasinya dan/atau waktu untuk mengomentari dan umpan-balik. Sebagai tambahan, selama mengikuti presentasi guru bisa menemukan manfaat presentasi untuk membawa suatu bagian umpan-balik dan/atau untuk wawancara tim, yaitu tim lainnya dapat belajar sesuatu dari apa yang terlibat dalam pengembangan presentasi. Teristimewa tim yang berhasil diangkat sebagai model. Selama wawancara di akhir-presentasi, guru mengungkap strategi-strategi yang bisa berguna untuk tim lainnya pada unit Co-Op Co-Op yang akan datang.

Tahap 9: Evaluasi.

Evaluasi mengambil tempat pada tiga tingkatan, yaitu: (1) tampilan tim dievaluasi oleh kelas; (2) kontribusi individu untuk usaha tim dievaluasi oleh anggota tim; dan (3) tulisan atau presentasi minitopik dari masing-masing siswa dievaluasi oleh guru.

Mengikuti masing-masing presentasi, guru bisa menunjukkan suatu diskusi kelas mengenai kekuatan dan kelemahan isi dan format presentasi. Bentuk evaluasi formal juga kadang-kadang digunakan untuk anggota tim dan kontribusi tim.

Beberapa cara pembelajaran CO-Op Co-Op menyatakan bahwa guru dan kelas menyukai untuk aktif belajar dan berbagi hadiah; yang lainnya menyukai evaluasi formal. Dalam kasus lainnya, kelas  akan dapat mempunyai pertimbangan pernyataan dalam menentukan bentuk evaluasi.

Dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op di dalam pembelajaran sejarah pada siswa kelas II SMP untuk kelompok eksperimen. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya model pembelajaran kooperatif tipe Co-op Co-op dapat berlaku secara umum dalam semua bidang studi dan penelitian ini menggunakan spesialisasi tugas untuk setiap anggota kelompok.