Perdebatan Pembangunan Tugu Raja Sitanggang dan Penandatanganan Prasasti


 Medan, 14 Februari 2025 - Pada tanggal 14 Februari 2025, dalam sebuah diskusi di Grup WhatsApp Punguan Raja Sitanggang Nasional, para anggota membahas berbagai aspek pembangunan Tugu Raja Sitanggang, termasuk pencantuman nama dan tanda tangan pada prasasti peresmian. Perdebatan ini berlangsung cukup intens di antara para anggota yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Diskusi dimulai dengan pernyataan Ir. Jonni Sitanggang dari Medan yang menegaskan pentingnya kebersamaan dalam pembangunan tugu ini. Ia mengingatkan bahwa panitia telah bekerja dengan sepenuh hati dan tidak mengharapkan penghargaan formal, melainkan dukungan penuh dari seluruh keturunan Raja Sitanggang. Hal ini mendapat respons positif dari beberapa anggota grup.

Salah satu anggota, Jefri Sitanggang, mengusulkan agar prasasti yang akan dipasang nantinya mencantumkan tanda tangan ketua panitia pembangunan. Namun, ada pula yang berpendapat bahwa meminta pendapat lagi mengenai prasasti tidak perlu dilakukan jika sudah ada keputusan sebelumnya.

Beberapa anggota menyarankan agar prasasti tidak hanya mencantumkan nama-nama tertentu, tetapi juga menampilkan daftar donatur yang telah berkontribusi dalam pembangunan tugu. Pendapat ini menimbulkan diskusi lebih lanjut mengenai siapa saja yang sebaiknya dimasukkan dalam prasasti.

Seiring dengan diskusi yang semakin berkembang, muncul usulan agar panitia menggelar rapat melalui Zoom agar keputusan bisa diambil dengan lebih terstruktur. Hal ini dikemukakan oleh dr. Sudin Sitanggang dari Jakarta, yang menekankan bahwa waktu terus berjalan dan perlu ada langkah konkret dalam mengambil keputusan.

Sebagian anggota juga menyoroti pentingnya melibatkan seluruh pengurus dari berbagai wilayah dalam pengambilan keputusan. Beberapa menyatakan kekhawatiran bahwa jika hanya pengurus pusat yang mengambil keputusan, maka bisa saja terjadi ketidakseimbangan dalam representasi seluruh keturunan Raja Sitanggang.

Selain soal prasasti, ada juga usulan agar akses jalan menuju tugu diperbaiki agar lebih mudah dijangkau. Salah satu anggota, Paianhot Sitanggang, menyebutkan bahwa perlu ada jalur yang menghubungkan tugu dengan daerah Tano Ponggol dan sekitarnya.

Namun, di tengah diskusi, ada pula anggota yang merasa bahwa pembahasan mengenai prasasti terlalu panjang dan perlu dialihkan ke hal-hal lain yang lebih substansial. Salah satu anggota, Tua Sitanggang, bahkan meminta agar admin grup bertindak dengan menyaring topik diskusi agar lebih fokus dan tidak berlarut-larut.

Salah satu anggota lainnya, Hoddy Sitanggang, menekankan pentingnya menggunakan narasi yang membangun dalam diskusi. Ia mengingatkan agar diskusi tidak terkesan arogan atau terlalu menonjolkan satu kelompok tertentu, tetapi lebih mengedepankan kebersamaan dan rasa persaudaraan.

Di akhir diskusi, Adonia Sitanggang memberikan semangat kepada panitia agar tetap bekerja dengan penuh dedikasi dan tidak patah semangat dalam menyelesaikan pembangunan tugu ini. Ia menekankan bahwa tujuan utama dari proyek ini adalah untuk mengenang leluhur dan mempererat hubungan kekeluargaan di antara keturunan Raja Sitanggang.

Diskusi ini mencerminkan dinamika dalam komunitas besar yang ingin memastikan bahwa pembangunan Tugu Raja Sitanggang dapat berjalan dengan lancar dan mencerminkan nilai-nilai kebersamaan serta penghargaan terhadap sejarah leluhur mereka.

Post a Comment

0 Comments