Percakapan dimulai dengan Halomoan Sitanggang yang menegaskan bahwa silsilah harus didasarkan pada lima oppu yang sudah dikenal dan tidak boleh disimpangkan. Pernyataan ini langsung mendapat respons dari David Fernando Sitanggang, SE (Medan), yang meminta bantuan untuk mendapatkan versi tarombo dari pihak tertentu agar dapat dipastikan kebenarannya.
David juga menekankan pentingnya bukti tertulis dalam membahas sejarah tarombo, bukan hanya berdasarkan cerita lisan. Ia menantang siapa saja yang berani mengklaim sesuatu tanpa dasar yang kuat untuk menunjukkan bukti konkret. AS kemudian bertanya siapa yang mempertanyakan silsilah tersebut.
Pardomuan Sitanggang menekankan bahwa perbedaan pendapat tidak boleh membuat mereka terpecah. Ia mengibaratkan air sungai yang tenang lebih dalam, menekankan bahwa mereka harus tetap bergerak ke arah yang lebih besar demi kesatuan Sitanggang Brothers dan Raja Sitempang.
AS kemudian meminta David untuk menunjukkan sumber tarombonya, baik dari leluhur maupun dari buku yang dimiliki. Diskusi berlanjut dengan pertanyaan tentang keberadaan buku tarombo yang dipegang oleh Zamanto Sitanggang di Jakarta.
Maruli Tua Sitanggang menyoroti bahwa perdebatan mengenai tarombo sebaiknya tidak berlarut-larut, karena tujuan utamanya adalah membangun persatuan. Ia juga menyinggung perbedaan pandangan yang muncul ketika tugu Sitanggang didirikan.
AS menyebutkan bahwa di grup Facebook, Antonius Nadeak sering vokal dalam diskusi terkait tarombo. Namun, saat ia mencoba berdiskusi lebih jauh, Antonius tidak lagi merespons. Pardomuan kemudian membagikan tautan yang berisi kunci buku tarombo untuk referensi lebih lanjut.
Maruli Tua menambahkan bahwa banyak orang yang berdebat soal silsilah tetapi tidak memiliki dasar kuat. AS pun menyinggung beberapa orang yang hanya mengandalkan buku tertentu sebagai sumber utama tanpa meneliti lebih dalam.
Diskusi semakin menarik ketika Pardomuan menyoroti bagaimana praktik adat dan budaya di kampung sering kali berbeda dengan yang diterapkan di perantauan. Ia menjelaskan bahwa dalam tradisi, ada aturan tertentu dalam menyebutkan hubungan kekerabatan yang harus dihormati.
Maruli Tua menyoroti kelemahan masyarakat Samosir dalam mempertahankan hubungan antar keluarga, berbeda dengan daerah lain yang lebih mengutamakan urutan marga dalam hal ini. Pardomuan setuju dan menegaskan pentingnya memahami serta menjalankan adat istiadat dengan benar.
AS kemudian menjelaskan bahwa perbedaan cara pandang dalam memahami tarombo dipengaruhi oleh daerah asal masing-masing. Beberapa daerah memiliki tradisi berbeda yang sering kali menyebabkan kesalahpahaman dalam menafsirkan silsilah.
Maruli Tua menyoroti bahwa media sosial seperti Facebook telah menjadi tempat utama bagi banyak orang untuk belajar dan berdiskusi tentang sejarah marga. Namun, ia juga menyayangkan bahwa banyak perdebatan yang tidak memiliki dasar yang kuat.
Menutup diskusi, Pardomuan Sitanggang menyatakan keyakinannya bahwa jika marga Sitanggang tetap solid dan bersatu, maka mereka akan mampu mempertahankan nilai-nilai adat dan budaya mereka. Ia berharap agar doa dan dukungan bersama tetap menjadi penguat dalam menjaga persaudaraan.
Diskusi ini mencerminkan betapa pentingnya silsilah bagi masyarakat Batak, khususnya bagi marga Sitanggang, dan bagaimana media sosial serta grup diskusi dapat menjadi sarana untuk melestarikan warisan budaya.
0 Comments
Terimakasih